Persaingan keduanya betul-betul sangat berlatar belakang ekonomi.
Manchester dikenal karena industrinya. Liverpool karena pelabuhannya.
Penduduk Liverpool saat itu betul-betul menikmati kejayaan ekonomi
karena semua ekspor di kawasan barat laut Inggris harus melalui kota
pelabuhan ini.
Tapi sejak tahun 1887-1894 dibangunlah sebuah kanal sepanjang 58 km
yang memberi Manchester akses langsung ke laut. Sejak saat itu runtuhlah
kejayaan Liverpool. Ribuan orang menganggur. Muncullah kebencian
terhadap kota Manchester. Kebencian ini diwariskan dari ayah pada
anak-anaknya, lalu pada cucu-cucunya, dan seterusnya sampai saat ini.
Pada periode 1970-1980 kedua kota sama-sama menderita karena kelesuan
ekonomi yang melanda seluruh dunia. Tapi penduduk Liverpool masih bisa
terhibur oleh penampilan The Reds yang mencapai puncaknya pada periode
ini. Mereka juara liga 5 kali di masa ini. Sebanyak lima kali juga
merebut trofi di level Eropa.
Sementara di saat yang sama Manchester United (dan juga Manchester
City) tengah mengalami periode lesu darah paling kelam dalam sejarah
mereka. Ini menghasilkan semacam balas dendam dari Liverpool dalam
bentuk ejekan-ejekan yang mendidihkan darah warga Manchester.
Mungkin juga kebangkitan Manchester diawali dari masa itu. Sebab
setelah itu, giliran grafik prestasi The Reds yang terus menurun. Sampai
hari ini, rivalitas keduanya secara statistik membuktikan MU lebih
unggul 72 vs 62, dengan 51 laga lainnya draw. Tidak heran jika
pertarungan keduanya merupakan salah satu yang paling ditunggu, bukan
saja di Inggris tapi juga di seluruh dunia. Laga derby Inggris terakhir
berujung dengan skor 2-1 untuk tuan rumah MU, meski di 3 laga sebelumnya
Liverpool yang menang atau draw.
Saking kerasnya persaingan antar keduanya, tak ada transfer pemain
antar kedua klub sejak tahun 1964. Kalau pun ada pemain salah satu klub
yang akhirnya bermain di klub rivalnya, mereka melalui klub lainnya
terlebih dulu, misalnya adalah Michael Owen yang terlebih dulu main di
Real Madrid dan Newcastle United. Selain itu juga ada nama legendaris
Paul Ince yang terlebih dulu main di Inter Milan.
No comments:
Post a Comment